Di saat gelombang unjuk rasa masih panas, Presiden Prabowo Subianto tetap menghadiri parade 80 tahun Victory Day di Beijing. Istana menyebut kunjungan hanya sekitar delapan jam, termasuk pertemuan khusus dengan Xi Jinping dan Vladimir Putin. Kritik mencuat karena waktu keberangkatan berimpit dengan isu domestik.
Timeline singkat (faktual)
-
30 Agustus 2025 — Reuters: Prabowo membatalkan rencana awal ke China di tengah protes yang membesar.
-
2 September 2025 — Al Jazeera: keputusan tetap berangkat ke Beijing untuk parade.
-
3 September 2025 — Reuters/The Guardian: parade besar di Beijing; hadir Xi, Putin, Kim Jong-un, dan pemimpin lain.
-
4 September 2025 — Sekretariat Kabinet: kunjungan ±8 jam, bertemu Xi & Putin bahas tindak lanjut investasi/kerja sama ekonomi; presiden kembali ke Tanah Air.
Apa yang dikerjakan di Beijing
Istana menegaskan agenda inti: hadiri parade, tatap muka dengan Xi dan Putin, serta membahas kelanjutan investasi (ekonomi riil & infrastruktur). Media Indonesia juga melaporkan topik spesifik seperti proyek giant sea wall yang ikut dibahas dalam pertemuan dengan Xi, dan penguatan kerja sama ekonomi dengan Rusia.
Kenapa jadi sorotan
-
Timing politik. Presiden berada di luar negeri ketika protes nasional dan korban jiwa masih jadi headline, sehingga menuai kritik “optik politik”.
-
Konstelasi geopolitik. Parade menampilkan Xi–Putin–Kim berdampingan; kehadiran Indonesia dipandang sebagian analis sebagai sinyal penajaman hubungan dengan Beijing di tengah tensi global.
-
Narasi keamanan dalam negeri. Di Jakarta, pejabat kepresidenan membantah wacana darurat militer dan menyebut situasi belum pada tahap itu—konteks yang membuat publik makin menguliti pilihan prioritas pemerintah.
Apa dampaknya (to the point)
-
Hubungan luar negeri: Momentum untuk mengunci proyek investasi prioritas Indonesia–China/Rusia; bola ada di implementasi dan follow up teknis kementerian/lembaga.
-
Politik domestik: Sorotan “sense of timing” tak terelakkan. Pemerintah perlu komunikasi krisis yang rapi dan langkah konkret meredakan tensi (akuntabilitas insiden, kanal dialog). (Analisis redaksi, berbasis fakta rujukan di atas.)